[Review] The Mortal Instruments: City of Bones (Book 1) by Cassandra Clare

Seorang gadis berumur 15 tahun bernama Clarissa Fray, menjadi saksi pembunuhan terhadap pemuda berambut biru di sebuah club Pandemonium. Pembunuhan itu dilakukan oleh 2 pemuda bernama Jace dan Alec, juga seorang gadis bernama Issabele. Usia para remaja itu tidak terlalu jauh dari Clary. Mereka memiliki banyak tatto aneh dan menggunakan senjata yang tidak lazim (Seperti cambuk yang berkilau keemasan saat dilepaskan dan pisau aneh yang bercahaya).

Clary tidak percaya hantu atau semacamnya. Tapi pemuda berambut biru itu menghilang, terlipat dan di telan udara setelah ia mati. Ternyata pemuda berambut biru itu adalah iblis. Dan ketiga remaja itu merupakan Nephilim (manusia keturunan malaikat) yang membasmi iblis untuk melindungi manusia. Mereka disebut Pemburu Bayangan aka Shadow Hunter.

Tapi anehnya, mengapa Clary bisa melihat Pemburu Bayangan? Di saat orang lain tidak melihatnya?

Ibu Clary yaitu Jocelyn Fray, juga seorang Pemburu Bayangan di masa lalunya. Selama ini Jocelyn menutupi rahasia itu rapat-rapat dari Clary. Tidak ingin anak perempuannya terlibat dalam dunia yang telah lama ditinggalkannya dan untuk melindungi Clary. Di samping Jocelyn juga ada Luke. Pria yang bukan suami atau pun paman Clary yang sangat dekat dengan keluarganya. Pria yang membantu Jocelyn menutupi jati dirinya walau tidak setuju jika ia menutupinya dari Clary.

Lalu suatu ketika Ibu Clary menghilang ketika Clary dan Jocelyn sedang bertengkar, Clary keluar rumah bersama Simon (sahabatnya) ke sebuah cafe dimana Simon dan bandnya manggung. Dan di cafe itulah Clary kembali bertemu dengan Jace. Salah satu pemuda yang membunuh si rambut biru.

Jocelyn di culik oleh Valentine Morgenstern. Pemimpin dari Lingkaran. Sebuah perkumpulan yang memiliki visi memurnikan dunia dari darah Iblis, warlock (manusia setengah iblis), Vampir, Fey (peri berkekuatan sihir), dan manusia serigala. Valentine ingin dunia ini hanya dihuni oleh darah murni yaitu manusia tanpa darah iblis.

Untuk mencari Ibunya mau tak mau Clary masuk ke dalam Dunia Bayangan. Jace mengajaknya ke Institut, tempat para pemburu bayangan bersembunyi. Jace memperkenalkan Clary pada Hodge, guru Jace di Institut. Aku ngebayangin Hodge di sini kayak Dumbledore di Harry Potter. Heheh.. Walau ciri-ciri fisik yang digambarkan di buku ini agak beda. Tapi perannya mirip kepala sekolah yang kece itu. Dan kemana pun Hodge pergi, ia selalu ditemani dengan Hugo, seekor burung elang yang terus bertengger di pundaknya.

Jika terjadi sesuatu Hodge bertugas untuk memberi kabar Kunci, pemimpin Nephilim. Dan Hodge sangat gemar membuat obat herbal yang sangat berguna jika Pemburu Bayangan terluka.

Setelah beberapa lama, alasan Valentine menculik Jocelyn terungkap. Dengan fakta yang mengejutkan Clary. Terungkap bahwa Jocelyn adalah istri Valentine. Hodge, Luke, Jocelyn, dan Valentine dulunya merupakan teman sekelas ketika di Idris (kampung halaman Nephilim). Dan Valetine sedang mencari Piala Mortal yang disembunyikan oleh Jocelyn.

Piala Mortal sangat erat kaitannya dengan legenda asal-usul Nephilim atau Pemburu Bayangan. Mereka diciptakan lebih dari seribu tahun yang lalu. Ketika manusia diserbu oleh serangan iblis dari dunia-dunia lain. Seorang warlock, memanggil Raziel (Malaikat Penjaga Rahasia), yang mencampurkan sebagian darahnya sendiri dengan darah manusia di dalam sebuah piala, lalu memberikannya kepada manusia untuk diminum. Manusia meminum darah malaikat menjadi Pemburu Bayangan, begitu pula anak-anak mereka, juga anak-anak dari anak-anak mereka.

Jadi intinya si Valentine pengen pakai piala itu untuk menciptakan pasukannya sendiri. Padahal nggak semua manusia mampu menahan Rune yang akan tercetak di kulit mereka ketika mereka minum darah dari piala mortal. Rune adalah tatto alfabet jerman kuno atau karakter yang berhubungan dengan ilmu sihir yang memiliki kekuatan untuk bertarung dan bahkan menyembuhkan. Tatto ini tidak selalu ada. Rune hanya ada jika diaktifkan dengan stela. Semacam tongkat sihir gitu.

Dan sebuah kisah seru nggak bakal lengkap tanpa romansa. Jace dan Clary saling jatuh cinta. Tapi ternyata penulis membuat plot twist yang bikin yang baca shock! Jika ternyata Jace tak mungkin menjalin hubungan asmara dengan Clary.

Buku ini walau terjemahan bahasanya nggak ngebosenin dan kaku. Standing applause buat Melody Violin yang telah menterjemahkan buku ini dengan keren! Jadi rating untuk buku ini adalah 4,5 Bintang! dari 5. Yeah!

Btw, aku udah nonton filmnya juga. Tapi berenti ditengah jalan. Like always, the book is better than the movie!

Di film beberapa detail cerita diubah. Dan pemainnya menurutku nggak keren. Jadi kecewa banget pas nonton filmnya. Nggak sesuai ekspektasi. Dan ngerasa kalo imajinasiku pas baca bukunya dirusak habis-habisan sama filmnya 😢
Buku ini aku pinjam dari Perpuda Jakarta Pusat. Yuk kita meramaikan perpustakaan! 🙂

Judul: The Mortal Instruments: City of Bones | Penulis: Cassandra Clare | Penerjemah: Melody Violin | Pewajah Sampul: Russel Gordon | Ilustrasi Sampul: Cliff Nielsen | Editor: Helena Theresia | Cetakan ke III: Agustus 2011 | ISBN: 978-602-8224-80-2

Posting Komentar untuk "[Review] The Mortal Instruments: City of Bones (Book 1) by Cassandra Clare"