[Book Review] Di Tanah Lada Karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Sudah dua bulan aku antri novel ini di iPusnas. Dan akhirnya aku kebagian pinjam juga. Hore!

Jujur, ini adalah pertama kalinya aku membaca novel karya Ziggy. Dan aku merasa amaze banget, karena novel ini unik, mengandung banyak bawang, sukses bikin aku baper, dan kepikiran selama beberapa hari setelah membacanya.

Oke, yuk! Langsung saja kita bahas bukunya.

Sinopsis Novel Di Tanah Lada

Salva atau biasa dipanggil Ava, adalah seorang anak perempuan berumur 6 tahun. Ia tinggal dengan papa dan mamanya. Ava ini adalah anak yang unik, kemana pun ia pergi selalu membawa kamus Bahasa Indonesia pemberian Kakek Kia, ayahnya papa. Kakek Kia suka dengan anak yang pintar berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Walau orang dewasa lain, lebih menyukai anak yang pintar berbahasa Inggris.

Setiap mendengar kata baru yang asing baginya, Ava akan langsung membuka kamus untuk mencari tahu artinya. Walau terkadang ada beberapa kata yang ia tidak tahu artinya.

Ava tinggal dengan papa dan mamanya. Papa adalah orang jahat yang suka marah. Papa sering memukulnya juga mamanya. Bahkan papa memanggil Ava dengan Saliva, yang artinya ludah, karena menganggap Ava anak yang tidak berguna.

“Menurutku, Papa mirip hantu. Papa mirip hantu karena aku takut hantu, dan aku tahu Mama takut hantu. Dan aku takut Papa. Dan aku tahu kalau Mama juga takut Papa.”

Lalu suatu ketika Kakek Kia meninggal, dan mewariskan harta untuk papa. Kemudian mereka satu keluarga pindah ke Rusun Nero. Agar papa lebih dekat dengan rumah judi. Rusun itu sangat kumuh, banyak kecoak, dan berhantu. Di rusun itu, Ava juga tidak mempunyai kamarnya sendiri seperti di rumah lama mereka. Ava tidak suka mereka pindah ke Rusun Nero.

Ketika mama dan papa bertengkar, Ava disuruh keluar dulu. Lalu Ava turun ke lantai bawah dan masuk ke warung makan. Di sanalah Ava bertemu dengan P, iya namanya hanya satu huruf, P. Anak laki-laki berusia 10 tahun yang membantu Ava makan ayam. Ava belum bisa makan ayam goreng, karena selalu disuapi mama.

Berawal dari sana, Ava dan P tersahabat. Jika Ava selalu membawa kamus, P selalu membawa gitar. P hanya bisa menyanyikan satu lagu yang berjudul Me. P bilang papanya juga jahat, suka memukul, dan mabuk. Jadi mereka berdua beranggapan jika papa di seluruh dunia memang jahat. P juga beranggapan mama juga jahat karena meninggalkannya sendiri dengan papa yang jahat. Ava jadi berpikir, terkadang mamanya memang tidak peduli juga padanya. Padahal ketika papa memukulnya, seharusnya mama bisa membelanya dan bukannya diam saja.

P dikenal anak yang baik oleh penghuni rusun. P juga mengenal banyak orang, seperti Kak Suri yang baik dan cantik, Mas Alri yang pintar menyanyi dan bermain Gitar, lalu Bu Ratna yang memegang kunci rusun. Dengan P, Ava jadi mengenal Rusun Nero lebih baik, walau rusun ini reot dan bisa roboh kapan saja, tapi kini Ava tidak terlalu membencinya lagi karena ada P. Ava suka bermain dengan P.

Ava juga menyayangi P. Karena P sendirian bersama papa yang jahat, sedangkan Ava masih memiliki mama yang baik. Karenanya Ava ingin terus bersama P dan melindunginya.

“Kalau kamu bereinkarnasi jadi hewan, kamu mau jadi hewan apa?”
“Hmm,” gumamnya. “Badak bercula satu.”
“Kenapa?”
“Soalnya, dia kuat. Kata Mas Alri, dia nggak bisa luka. Soalnya, kulitnya tebal sekali. Ditusuk tombak juga nggak akan sakit. Terus, dia kuat. Kalau dia sundul tank, tanknya bisa rusak.” Dia bilang, “Dan, mereka dilindungi. Di tempat… apa yang namanya? Pagar, atau apa, begitu? Pokoknya, mereka dilindungi. Katanya, mereka dilindungi karena sisanya cuma sedikit. KAlau lahir lagi, aku mau dilindungi juga. Soalnya, sekarang, nggak ada yang melindungi aku.”

Mengangkat tema Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

Novel ini mengangkat tema KDRT yang diceritakan dari sudut pandang anak perempuan berusia 6 tahun. Kita akan melihat berbagai ketakutan dari benak seorang anak yang menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh papanya sendiri. Bagaimana ia juga menyaksikan sendiri atau mendengar ketika mamanya dipukul.

Walau diceritakan dari sudut pandang seorang anak, jelas, novel ini bukan untuk anak-anak. Tapi untuk orang dewasa agar mereka lebih bertanggung jawab kepada anak-anaknya, dan betapa berbahayanya kekerasan untuk mental anak-anak. Jangan sekali-sekali punya anak kalau kamu belum siap. Beneran peringatan keras sih ini.

Aku juga sering tidak mau menemani Papa. Tapi kalau aku menolak, Papa akan marah besar. Mungkin itu sebabnya Mama tidak pernah menolak ajakan Papa. Mungkin dia takut Papa marah padanya. Kalau Papa marah, dia mirip setan. Kurasa Papa memang setan.

Pembaca akan ikut terhanyut dengan kesedihan Ava. Apalagi aku adalah seorang ibu, kayak ngerasain sakit yang dirasakan oleh Ava. Aku sampai ngebayangin bisa memeluknya disaat dia sedih.

Cara berceritanya pun beneran seperti dari anak berumur 6 tahun. Penulis sangat lihai dalam meramu kalimat-kalimatnya. Banyak yang bilang, jika terkadang bahasa yang dipakai Ava terlalu dewasa untuk anak seusianya. Tapi untukku itu wajar, karena memang ada beberapa anak yang dewasa sebelum waktunya, lebih dewasa dari kebanyakan anak seusianya. Akibat kerasnya hidup yang mereka alami. Karena aku mengalaminya juga waktu kecil, jadi sedikit banyak aku paham.

Aku menangis karena orang dewasa tidak mengerti apa-apa.

Quotes Di Tanah Lada

“Bacalah banyak buku tanpa mengerti artinya. Bermainlah tanpa takut sakit. Tonton televisi tanpa takut jadi bodoh. Bermanja-manjalah tanpa takut dibenci. Makanlah tanpa takut gendut. Percayalah tanpa takut kecewa. Sayangilah orang tanpa takut dikhianati. Hanya sekarang kamu bisa mendapatkan semua itu. Rugi, kalau kamu tidak memanfaatkan saat-saat ini untuk hidup tanpa rasa takut.”

“Tidak ada yang bisa tahu apa yang kamu rasakan – sayang atau tidak – kalau kamu tidak mengatakan, atau menunjukkannya dengan benar.”

“Jadi, semua orang adalah satu orang. Kata Mas Alri, makanya setiap kamu melukai orang, kamu melukai diri sendiri juga. Dan, setiap kamu membuat orang senang, kamu membuat kamu sendiri senang.”

Detail Buku Di Tanah Lada

Judul: Di Tanah Lada
Penulis: Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978-602-031-896-7
Terbit: Cetakan pertama, Agustus 2015
Tebal: 244 halaman

review novel di tanah lada
sumber gambar: goodreads

Untuk sampulnya juga sangat menggambarkan Ava sekali. Seorang anak perempuan dengan boneka penguin kesangannya yang terlihat sedih.

Untuk novel ini aku kasih rating 5/5. Sempurna! Patut jika novel ini meraih juara 2 Sayembara DKJ 2015. Keren!

Aku sangat merekomendasikan novel ini buat siapa saja yang ingin baca. Kecuali anak-anak, ya.

Baiklah, terima kasih buat kamu sudah membaca ulasan buku Di Tanah Lada hingga akhir. Semoga membuat kamu semakin penasaran untuk membacanya, ya.

Salam,
Ning!

Posting Komentar untuk "[Book Review] Di Tanah Lada Karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie"