Self Love, Cara untuk Mencintai Diri Seutuhnya

Bicara tentang self love, terdengar mudah, tapi sesungguhnya nggak semudah itu. Self love adalah ketika kamu mencintai diri secara keseluruhan. Merengkuh baik buruknya dirimu, tanpa terkecuali, dengan penerimaan yang utuh dan bahagia.

Dan self love buatku nggak gampang. Karena aku pernah di suatu titik yang sangat membenci, dan nggak menghargai diriku sendiri. Aku pernah baby blues hingga hampir depresi. Nggak mudah, it felt like hell!

Orang depresi juga nggak akan bisa dinasehati, apalagi diceramahi, karena mereka ngerasa kalau yang kasih nasehat itu nggak ngerti, nggak paham, kita seperti ngomongin dua hal yang bertolak belakang. Roaming! Nggak nyambung!

Bahkan orang depresi tuh kadang bingung, kenapa ada rasa sedih yang terus bercokol nggak peduli apa pun yang udah dilakuin. Dan masalah sepele pun dampaknya sangat besar pada emosi.

Dulu aku mengalami hal mengerikan itu karena ada banyak sekali komentar ketika aku melahirkan. Bukan komentar yang buruk sebenarnya, mereka bilang, “kalau habis lahiran tuh kaki dilurusin terus, tidurnya nyender, jangan angkat-angkat bayi, kalau mau nyusuin minta orang lain yang angkatin, jangan makan pedes. Dan bla bla bla.”

Sedangkan, aku adalah orang yang nggak memiliki orangtua. Otomatis aku dan suamiku sendiri yang ngurusin anak. Dan otomatis juga, apa-apa aku lakuin sendiri dalam hal mengurus anak, dan ngurus rumah tangga. Awal-awal suami juga bantu, tapi ketika cutinya habis, semua jadi aku sendiri yang handle.

Padahal sebelum dapat komentar seperti itu, aku oke-oke aja. Menjalani hari dengan riang gembira sebagai ibu baru pada umumnya. Tapi kenapa mereka harus banyak komentar? Mereka sih enak ada yang membantu. Aku nggak ada. Mereka bilang kayak gitu malah bikin mentalku semakin down dan ngerasa nggak punya siapa-siapa. Ngerasa sendiri. Bahkan parahnya aku ngerasa jadi orang yang nggak berharga karena apa-apa sendiri.

Dari dulu memang aku nggak punya siapa-siapa. Aku berdiri di kakiku sendiri, tapi aku nggak merasa menjadi orang yang menyedihkan. Aku bahagia. Aku bangga akan diriku karena bisa mandiri.

Lalu kenapa ketika setelah melahirkan aku begitu sensitif, bahkan aku sering berbicara pada diriku sendiri jika aku terlalu lebay!

Dilansir dari alodokter, ternyata setelah melahirkan,  kadar hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh akan menurun drastis. Penurunan hormon inilah yang memicu terjadinya perubahan suasana hati dan kondisi emosional yang nggak stabil.

Baca juga: Perjuangan Melahirkan Normal, Nggak Semenakutkan Kata Orang

Itulah awal dan pemicunya kenapa aku nggak mencintai diriku lagi. Aku merasa menjadi orang yang sangat menyedihkan, sebatang kara, dan pikiran-pikiran negatif lainnya.

Jadi untuk menemukan kembali arti self love, adalah sebuah perjalanan yang nggak mudah untukku.

Sadari apa yang salah dan cari pertolongan

Aku sadar, ada sesuatu yang salah pada diriku. Bener-bener salah. Pikiran-pikiran mengerikan sering hinggap, sekenario-sekenario sadis suka menghampiri. Membujuk, mempengaruhi, hingga rasanya lelah. Bersumbu pendek, gampang nangis, sensitif, sedikit-sedikit tersinggung.

Dan yang paling bikin aku takut adalah pikiran macam psikopat yang membahayakan anakku Rhe dan diriku sendiri, untuk menuliskan detailnya pun masih membuatku mual sekarang.

Kemudian aku cerita dengan suami tentang apa yang sebenarnya sedang bergejolak di dalam diriku. Suami waktu itu nangis, rambutku juga hampir botak karena aku potong sendiri. Aku sakit, dan aku sadar. Aku butuh pertolongan profesional.

Jadi, aku konsultasi ke psikolog, kemudian disarankan ke psikiater karena kondisiku katanya sudah berat. Butuh obat oral yang harus diminum.

Tapi, karena situasi dan kondisi yang nggak memungkinkan. Aku nggak jadi ke psikiater. Hal yang paling penting adalah aku sadar jika ada yang salah pada diriku, jadi aku harus memperbaikinya.

Aku membaca beberapa buku parenting, kisah-kisah inspirtif seorang ibu yang mengalami depresi, hingga mendengarkan podcast soal mental health.

Dan Rhe juga selalu bilang, “aku sayang ibu.”

“Kamu pasti bisa melewati ini, ayo kita lewati sama-sama dan mendekatkan diri sama Allah.” ini yang suamiku bilang.

Aku tergugu. Walau hanya 2 orang, ternyata masih ada orang yang begitu mencintai dan menyayangiku dengan tulus.

Memaafkan dan berdamai dengan dirimu di masa lalu

Aku di masa lalu sangat mengecewakan, hingga berdampak pada diriku di masa sekarang. Aku juga sering berpikir, kenapa dulu aku nggak begini? Kenapa aku dulu nggak begitu?

Banyak sekali penyesalan yang bergelayut dalam benak, hingga aku nggak puas dengan diriku saat ini. Sering menyalahkan, bahkan kadang menghina diri sendiri yang tak becus!

Selalu berkubang pada masa lalu yang nggak sesuai keinginan bukanlah hal yang bagus. Kamu hanya akan terjebak, hidupmu berhenti, dan kamu akan terus menyesal. Kemudian apa? Kamu di masa depan juga akan menyesali hal yang kamu lakukan saat ini, yaitu menyesali masa lalu.

Seberapa keras pun kita ingin merubah masa lalu, nggak akan pernah bisa!

Lalu suatu hari, entah tepatnya karena apa, aku berpikir, “untuk apa menyesali masa lalu hingga menyalahkan diri sendiri? Toh dengan begitu, masa lalu nggak akan bisa terulang lagi. Useless! Nggak ada gunanya! Yang ada cuma bikin penyakit hati, yang akan mempengaruhi diri di masa sekarang, dan kemudian akan ada penyesalan lagi di masa depan?!

Jadi, lebih baik kamu memaafkan dirimu di masa lalu. Sejelek dan seamburadul apa pun versi kamu di masa itu, cobalah untuk memaafkan.

Kamu di masa lalu belum memiliki pengalaman hidup seperti sekarang.
Kamu di masa lalu belum memiliki pengetahuan dan ilmu seperti sekarang.
Kamu di masa lalu belum dikelilingi orang-orang baik seperti sekarang.

Jadi wajar jika masa lalumu nggak bagus, maklumi. Maafkan kemudian move on. Masa depan masih bisa kita perjuangkan dengan berusaha terbaik di masa sekarang. Ikhlas dan maafkan. Dari kesalahan masa lalu itu, kamu akan belajar, untuk nggak mengulanginya di masa sekarang.

Lakukan Self Talk

Setelah memaafkan diri sendiri, kemudian perlahan kenali dirimu dengan lebih baik. Luangkan waktu khusus untuk ngobrol dengan diri kamu sendiri. Dari hati ke hati.

Bicara sama diri sendiri itu bukan berarti gila ya, haha

Banyak sekali manfaat yang bisa didapat dengan ngobrol dengan diri sendiri, diantaranya kamu bisa mengenal dirimu lebih dalam, yang mungkin selama ini kamu sendiri pun ternyata nggak mengenal dirimu sendiri dengan baik.

Biasanya aku melakukan self talk saat akan tidur di malam hari. Berbincang dari hati ke hati, menanyakan kabar, apakah semua baik-baik saja.

Alhamdulillah, sekarang kondisi mentalku membaik. Walau belum seutuhnya, aku masih dalam proses utnuk mencintai diriku seutuhnya. Perlahan. Sedikit demi sedikit. Nggak udah buru-buru. Nikmati prosesnya.

Untuk mencintai diri itu butuh proses, nggak serta merta harus perfect. Tapi asal kamu berusaha, walau langkah kecil, percayalah, hal kecil itu akan berdampak besar pada dirimu.

Salam,

Ning!

Posting Komentar untuk "Self Love, Cara untuk Mencintai Diri Seutuhnya"