[Book Review] The Poppy War (Perang Opium) by R.F Kuang
Buku kedua yang aku baca bulan maret kemarin adalah The Poppy War atau judul Indonesianya Perang Opium, yang ditulis oleh R.F. Kuang. Alhamdulillah banget nih bulan bulan kemarin bisa melahap 2 buku, biasanya juga cuma satu buku aja. Dan bulan April malah sama sekali nggak baca buku karena fokus ke bulan suci ramadhan.
Nggak salah emang ikutan reading challenge bareng Kubbu, aku jadi semangat baca dan menemukan kesenangan membaca lagi yang semakin bertambah usia malah mulai pudar.
Sejujurnya, aku tertarik baca buku ini karena sampulnya.
Dengan tema reading challenge adalah tokoh utama perempuan, aku mencari buku tentang perempuan-perempuan hebat. Eh, ketika scrolling di goodreads ada salah satu teman yang sedang membaca buku ini. Tanpa pikir panjang aku langsung memutuskan baca karena covernya keren banget!
Dan ternyata isinya memang sekeren sampulnya. Gila sih, udah lama aku nggak baca novel fantasi sebagus ini.
Baca juga: [Review] The Mortal Instruments: City of Bones (Book 1) by Cassandra Clare
Sinopsis The Poppy War (Perang Opium)
Fang Runnin adalah gadis korban perang yang selamat, menjadi yatim piatu, ia dirawat oleh keluarga Feng. Di mana ia hanya dimanfaatkan untuk mengurus toko dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya. Keluarga Feng menganggap hal tersebut adalah bayaran karena telah membari Rin tempat tinggal dan makan gratis.
Lalu pada suatu hari, keluarga Feng ingin menjodohkan Rin dengan saudagar kaya, sudah tua, bahkan usianya tiga kali dari usia Rin. Tentu saja Rin menolak. Berpikir keras, Rin mencari jalan keluar dari keadaan yang mengerikan itu, kemudian ia memutuskan untuk mengikuti Ujian Keju, jika ia bisa menjadi lulusan terbaik, ia akan bisa belajar di akademi militer elit di Kekaisaran Nikan tanpa biaya.
Dengan tekad bulat Rin meyakinkan gurunya, kemudian belajar mati-matian. Bahkan ketika ia mengantuk, Rin akan membakar kulitnya dengan lilin agar kantuk itu pergi dan ia bisa belajar kembali.
Usaha Rin berhasil, ia menjadi lulusan terbaik di Tikanny, yang berarti ia juga akan diterima di Sinegard dan bersekolah gratis.
Namun ternyata kehidupannya di Sinegard nggak lebih baik dari kehidupannya di Tikanny, bahkan lebih buruk. Di Sinegard ada banyak anak-anak orang kaya, anak-anak orang penting, petinggi-petinggi negara, bahkan anak dari panglima perang. Sedangkan Rin hanyalah anak kampung miskin, hingga ia jadi bulan-bulanan teman-temannya. Apalagi karena ia perempuan, semakin membuat Rin diremehkan.
“Keju tidak berarti apa-apa. Keju hanya taktik untuk membuat para petani tidak berpendidikan agar tetap di tempat mereka. Kalau kita berhasil lolos melewati Keju, mereka toh masih akan tetap mengeluarkan kita. Keju menjaga agar kaum kelas bawah tidak ribut. Itu membuat kami terus bermimpi. Itu bukan tangga untuk perubahan; itu cara untuk membuat orang-orang seperti aku untuk tetap berada persis di tempat mereka dilahirkan. Keju itu obat bius.” – Rin
Dalam keadaan putus asa, Rin mendapati dirinya ternyata memiliki kekuatan supernatural yang mematikan, yaitu syamanisme.
Di bawah bimbingan guru yang dianggap gila, Rin jadi tahu bahwa dewa-dewa yang selama ini dikira mati, ternyata masih hidup.
Kekaisaran Nikan hidup damai, namun bekas penjajahan, Federasi Mugen terus mengintai. Kekuatan syamanisme Rin mungkin satu-satunya yang bisa menyelamatkan rakyat, tapi semakin ia mengenal sang dewa Phoenix yang memilihnya, dewa penuh kemurkaan dan dendam itu semakin membuatnya khawatir.
Memenangi perang mungkin harus dibayarnya mahal dengan sifat kemanusiaan.
Dan mungkin semuanya sudah terlambat.
Baca juga: [Book Review] Tentang Kamu Karya Tere Liye
Review The Poppy War (Perang Opium) Karya R. F. Kuang
sumber gambar: goodreads |
Di awal sudah dibuka dengan hal menarik ketika Rin akan mengikuti ujian Keju. Suasana tegang sekaligus rasa penasaran sudah dipupuk, semakin membuka halaman semakin ingin menuntaskan membaca. Hati-hati kalau sudah mulai membaca akan susah lepas, haha
Aku tuh ya sampai kurang tidur beberapa hari demi menuntaskan The Poppy War. Soalnya punya waktu luang baca ya pas malem ketika anakku tidur. Tapi aku nggak nyesel, karena world building dalam ceritanya epic banget. Mungkin karena ceritanya based on sejarah China yaitu Perang Opium yang terjadi pada abad ke-19, jadinya dunia di dalam buku ini terasa nyata dan sempurna. Apalagi background R. F. Kuang yang juga merupakan sejarawan.
Perjuangan Rin yang mati-matian belajar, bikin aku ikut merasakan rasa sakitnya. Apalagi menuju akhir buku akan ada perang antara Nikan dan Federasi Mugen, dimana penggambaran perangnya itu diuraikan secara gamblang, yang sukses membuatku ngeri hingga terbayang-bayang selama beberapa saat. Ikutan nyesek, ikutan nangis. Beneran nggak tega, dan nggak habis pikir ada manusia yang sangat keji. Ini contoh cuplikan adegan yang buatku ngeri banget.
Hasil kerja federasi menjadi semakin terinci semakin dalam mereka masuk ke tengah kota. Di dekat alun-alun kota, Federasi menyusun mayat-mayat dalam kondisi penajisan luar biasa, posisi-posisi mengerikan yang menantnag imajinasi manusia. Mayat-mayat yang dipaku ke papan. Mayat yang digantung di kait pada lidah mereka. Mayat-mayat yang dimutilasi dalam segala cara yang memungkinkan; tanpa kepala, tanpa anggota tubuh, menampilkan mutilasi yang pasti dilakukan saat korbannya masih hidup. Jari-jari dipotong, kemudian disusun dalam tumpukan kecil di sebelah tangan-tangan yang buntung. Sebaris penuh pria-pria yang dikastrasi, kemaluan-kemaluan yang dipotong ditempatkan dengan hati-hati di mulut mereka yang ternganga.
Setelah membaca penggalan paragraf di atas, akankah kamu masih berani membacanya?
Jadi buku ini termasuk sadis sih, buat kamu yang nggak bisa baca mengenai kekerasan seperti mutilasi, pemerkosaan, genosida, penyiksaan, penggunaan narkoba, dan peperangan, aku sarankan jangan membaca buku ini. Karena penggambarannya beneran nyata banget di kepalaku.
Quotes Favorit The Poppy War
“Kita juga bakal jadi orang brengsek kalau keluarga kita kaya dan menarik.”
“Peperangan membuatku menyadari bahwa semua perselisihan di masa sekolah hanyalah sebuah kekonyolan.”
“Pemimpin harus melakukan apapun dalam kuasa mereka untuk menyelamatkan negerinya. Itu yang namanya bijaksana. Kalau kita yang memegang nasib negara di tangan kita, kalau kita telah menerima kewajiban kita kepada rakyat, hidup kita sudah berhenti menjadi milik kita sendiri.”
“Bahaya besar selalu berhubungan dengan kekuatan besar. Perbedaan antara yang hebat dan yang biasa-biasa saja adalah bahwa yang hebat bersedia mengambil resiko itu.”
Informasi Buku
Judul buku: Perang Opium
Penulis: R.F. Kuang
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Alih bahasa: Meggy Soedjatmiko
Editor: Anastasia Mustika Widjaja
Desain sampul: David Ardinaryas Lojaya
ISBN: 9786020634951
Tahun terbit: 2019
568 halaman
Posting Komentar untuk "[Book Review] The Poppy War (Perang Opium) by R.F Kuang"
Posting Komentar