[Book Review] The Alchemist Karya Paulo Coelho
Aku udah sering banget dengar nama Paulo Coelho. Banyak juga yang merekomendasikan The Alchemist atau jika dialihkan ke Bahasa Indonesia, judulnya menjadi Sang Alkemis. Rating di Goodreads pun juga bagus banget.
Akhirnya karena penasaran, sebagus apa sih ini bukunya. Kok orang-orang pada heboh. Jadilah, aku baca via aplikasi iPusnas, aplikasi perpustakaan digital dari Perpustakaan Nasional.
Blurb:
“Sebab, di mana hatimu berada, di situlah hartamu berada.”
Demikian selintas percakapan antara Sang Alkemis dan Santiago, anak gembala yang mengikuti suara hatinya dan berkelana mengejar mimpinya. Perjalanan tersebut membawanya ke Tangier serta padang gurun Mesir, dan di sanalah dia bertemu sang Alkemis yang menuntunnya menuju harta karunnya, serta mengajarinya tentang Jiwa Dunia, cinta, kesabaran, dan kegigihan.
Perjalanan itu pulalah yang membawanya menemukan cinta sejatinya : Fatima, gadis gurun yang setia menanti kepulangannya.
Sang Alkemis telah menjadi salah satu buku yang paling banyak dibaca di dunia. Kisah sederhana yang indah dan menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang.
Baca juga: Book Review: Perempuan di Titik Nol by Nawal El Saadewi
Ulasan Sang Alkemis
Seorang anak penggembala mengalami mimpi yang sama. Mimpi tentang harta karun di piramida – piramida. Tempat yang sangat jauh dari tempatnya tinggal. Untuk mewujudkan mimpinya itu, anak penggembala itu harus berkorban banyak, melewati berbagai rintangan yang nggak mudah. Bahkan beberapa kali ia berpikir untuk menyerah saja.
Tapi pertanda selalu datang padanya, hatinya juga tak berhenti bicara. Maka, anak itu kembali memperjuangkan mimpinya.
Banyak sekali nasehat yang berkali-kali menghantam kesadaran, menggetarkan hati. Dan buku ini relate sama keadaanku sekarang. Tidak mendengarkan suara hati karena memikirkan orang lain, dan terlalu berpikir banyak hal yang rumit. Padahal untuk mewujudkan mimpi, kamu cukup berpikir sederhana saja. Dan lakukan, tanpa memperdulikan pendapat orang lain.
Dan pernah nggak sih, kadang, hati kita kayak ngomong sama kita? Mencoba untuk berkomunikasi. Tapi kita mengabaikan? Dari buku ini, aku baru sadar. Selama ini, aku mengabaikan suara hatiku.
Kami, hati manusia, jarang banyak bersuara mengenai harta itu, sebab orang-orang tidak lagi hendak mencarinya. Hanya kepada anak-anak kami bicara. Sesudahnya kami biarkan hidup mengambil jalannya sendiri, mengikuti jalurnya sendiri, menuju nasibnya sendiri. Tapi sayangnya sedikit sekali orang yang mengikuti jalan yang telah disiapkan bagi mereka – jalan yang menuju kebahagiaan. Sebagian besar orang menganggap dunia ini tempat yang penuh dengan ancaman, dan akibatnya, sesuai anggapan mereka, dunia ini benar-benar tempat yang penuh ancaman.
Maka kami hati manusia bicara makin pelan dan makin pelan. Kami tak pernah berhenti bicara, tapi kami berharap perkataan kami tak lagi didengar, kami tak ingin orang-orang menderita karena mereka tidak mengikuti suara hati mereka.” – hal 168 – 169
Ya ampun, aku beneran nangis pas baca bagian ini. Beneran JLEB! banget! Buku ini cocok untuk orang-orang yang ingin mewujudkan mimpinya, atau untuk orang-orang yang ingin terbangun dari tidur panjang untuk meraih mimpinya.
Baiklah, ini jenis buku yang harus banget di baca anakku nanti. Super keren!
Baca juga: [Review] The Mortal Instruments: City of Bones (Book 1) by Cassandra Clare
Rating The Alchemist
Tanpa keraguan, buku ini aku kasih 5/5. Iya, sekeren itu. Karena buku ini sekarang aku berani untuk memperjuangkan lagi suara hatiku. Mimpi-mimpiku. Walau jalannya nggak semudah dulu, tapi aku nggak akan menyerah.
Dan benar sih, selama beberapa bulan ini jalan yang aku lalui nggak mudah. Gagal. Gagal. Gagal. Gagal. Dan akan masih banyak kata gagal yang lain. Tapi ternyata dengan gagal, aku merasa lebih baik. Karena aku mencoba, dengan kegagalan itu aku belajar. Semoga kedepannya aku akan terus memperjuangkannya.
Jika kau menginginkan sesuatu seluruh alam semesta akan bersatu membantumu. – The Alchemist
Salam sayang,
Ning!
Posting Komentar untuk "[Book Review] The Alchemist Karya Paulo Coelho"
Posting Komentar