Review Novel Janji Karya Tere Liye
Janji karya Tere Liye adalah novel pertama yang aku baca di tahun 2024 ini. Dan sungguh rasanya beruntung sekali aku berkesempatan membaca novel ini. Kalau kamu sudah pernah membaca novel beliau lainnya yang berjudul Tentang Kamu, pasti kamu juga akan suka dengan novel ini.
Blurb
Inilah kisah tentang janji.
Dan kita pasti akan menggenapkan janji yang satu ini: mati.
Sinopsis Novel Janji Karya Tere Liye
Di sebuah Pondok Pesantren yang dikelola oleh Buya, Hasan, Kahar, dan Baso tinggal. Mereka bertiga merupakan murid yang suka membuat ulah, bikin onar, hingga gurunya pun menyerah menghadapi kenakalan mereka.
Tiga Sekawan ini punya satu tujuan, terus berbuat onar agar mereka dikeluarkan dari sekolah agama yang sama sekali tidak mereka sukai. Tapi Buya tentu tak akan pernah menyerah, karena ayahnya dulu pernah menyerah kepada seorang murid yang bernama Bahar. Satu-satunya murid yang pernah dikeluarkan dari pondok tersebut, dan menjadi satu-satunya penyesalan Ayah Buya.
Bahar adalah seorang anak yang sangat nakal. Hingga kenakalannya sampai membuat salah satu temannya mening*al. Karena itu dulu ia dikeluarkan dari Pondok. Sekitar 40 tahun yang lalu..
Tapi Ayah Buya, pendiri pondok itu bermimpi aneh setelah Bahar pergi. Ketika di padang mahsyar, dimana jutaan orang berjalan kaki, dengan pasir yang panas, berpeluh, hingga ada yang merangkak. Bahar melewati Buya dengan kereta kencana.
Bahar? Si anak nakal itu?
Tak hanya sekali dua kali mimpi itu datang. Hingga Ayah Buya memutuskan untuk pergi mencari Bahar. Tapi hasilnya nihil.
Kemudian sekarang Buya yang ingin meneruskan pencarian tersebut, memberikan tugas pencarian kepada 3 sekawan yang tak kalah nakalnya dengan Bahar.
Tiga sekawan itu menapaktilasi perjalanan Bahar. Awal perjalanan mereka bertemu dengan Bos Acong. Bos Mafia terkuat di wilayah Kota Tua. Kala itu pekerjaan Bahar hanya mabuk, hingga berteman dengan Bos Acong yang juga suka mabuk.
Setiap perjalanan ada pelajaran yang bisa diambil, seperti kata-kata Bos Acong berikut:
"Jangan keliru memahaminya Bahar. Aku tidak membenci agama, aku bahkan masih pergi ke kelenteng. Mereka awalnya takut-takut, jijik melihatku datang. Tapi saat aku menyumbangkan satu koper uang untuk renovasi keneteng itu, mereka tertawa dan ramah semua. Saat aku menambahkan lagi satu koper berikutnya, mereka bilang aku orang suci. Hebat, bukan?" - Bos Acong - Hal. 73
Sungguh fakta yang sering terjadi di masyarakat, tak hanya soal agama, jika orang tersebut berduit sudah pasti akan dielu-elukan, berbanding terbalik ketika orang tersebut miskin.
Tapi meski Hasan, Baso dan Kahar nakal, mereka tidak pernah sekali pun meninggalkan kewajibannya sebagai muslim yaitu sholat 5 waktu. Dan sebuah kebiasaan akan otomatis membentuk refleks tanpa harus berusaha susah payah. Seperti contoh ketika ingin bangun sholat subuh, jika sudah terbiasa pasti akan bangun dengan sendirinya tanpa alarm.
"Nasib, Bibi Li. Di sekolah kami Buya menyuruh murid bangun jam empat subuh teng. Atau terima nasib disiram air dingin. Aku sebenarnya masih ingin tidur, mana kasurnya empuk sekali, tapi bertahun-tahun didisiplinkan, aku bangun begitu saja, refleks. Menyebalkan." Baso mengusap wajah.
Semakin membuka halaman akan semakin seru dan semakin penasaran
Perjalanannya sangat menarik, banyak sekali kejutan. Aku bacanya kadang sedih, ngakak, kadang nangis juga. Pokoknya penuh dengan plot twist yang nggak bisa ditebak.
Setiap babnya juga memberikan nilai-nilai moral yang disampaikan melalui tokoh Bahar. Sosok yang telah bertobat dan memutuskan untuk menebus kesalahannya di masa lalu. Sebuah janji yang sudah terlanjur dibuatnya dengan Buya.
Salah satu adegan yang aku suka di novel Janji adalah ini, terjadi percakapan menarik antara Bos Acong yang merupakan seorang pemimpin gangster dan Bahar si pemabuk.
"Astaga! Kau membersihkan selokan?" Bos Acong tertawa. "Aku memberimu kesempatan mengurus gudang beras, kau tukar begitu saja dengan mengurus parit. Pekerjaan buruk itu."
Bahar memelotot. "Itu pekerjaan yang baik."
Bos Acong melambaikan tangan. Meremehkan.
"Tidak semua di dunia ini dinilai menurut versimu." Bahar tidak terima, cegukan.
"Oh ya? Jadi Bagaimana menilainya?"
"Terserah. Tapi membersihkan selokan lebih baik dibanding memberi utang dengan bunga mencekik, lantas memukuli orang lain yang menunggak. Gudang beras itu sama, memaksa semua toko mengambil dari sana, dengan harga yang ditentukan sepihak, jika menolak, pemilik tokonya diancam, dipukuli."
Sosok Bahar ini sangat menginspirasi, di balik sikapnya yang terlihat masa bodoh di luar ia ternyata memiliki empati yang tinggi.
Membaca novel ini sangat menyenangkan untukku, dan nggak berasa tahu-tahu sudah selesai, menikmati lika-liku kehidupan Bahar. Kisah cinta di buku ini bisa dibilang hanya 1%, 95% sepak terjang Bahar akan cobaan kehidupannya, dan 4% adalah kisah 3 sekawan Hasan, Baso, dan Kahar.
Kalau kamu suka baca Tentang Kamu, kamu pasti juga bakal suka dengan Janji.
13 komentar untuk "Review Novel Janji Karya Tere Liye"
Selalu bagus novel novelnya
Aku pun baca beberapa
Padahal kemuliaan sebuah pekerjaan terletak pada bagaimana kita melakukannya, which is ini bukan hasil, tapi prosesnya. MashaAllaa~
Tere Liye kalau bikin novel always deep learning banget untuk pembaca.