[Book Review] Progresnya Berapa Persen? Karya Soraya Nasution

 Buku pertama di tahun 2023, yeay!

Untuk membangkitkan mood membaca yang amburadul gara-gara target membaca tahun lalu meleset jauh, huhu... Aku memilih novel Progresnya Berapa Persen? Karya Soraya Nasution sebagai pembuka tahun ini. 

Pertama karena genre bukunya aku banget!

Kedua, cerita drama kantoran selalu menarik untuk dinikmati. Apalagi aku juga sudah 4 tahun nih nggak ngantor, lumayanlah untuk mengobati kerinduan akan kerja kantoran, hehe

Blurb Progresnya Berapa Persen?

Novel Soraya Nasution
Sumber gambar: Goodreads

Sudah setahun April mengabdi di sebuah kantor konsultan yang bergerak di bidang konstruksi. Nyaman, minim persaingan, dan fleksibel. Suasana yang sulit dijumpai di lingkungan kerja kebanyakan. Namun, selalu ada harga yang harus dibayar. Seperti bobot pekerjaan yang bikin puyeng, deadline yang suka tiba-tiba, delegasi tugas tanpa instruksi detail, dan puluhan tender yang diikuti dalam waktu berdekatan.

Seakan semuanya belum cukup, rasanya kepalanya mau pecah saat sebuah pertanyaan muncul ketika dia sedang mengerjakan tugas lain yang juga mendesak. Seringnya, pertanyaan itu meluncur dari seorang manajer teknik bernama Dewangga Bayuzena, laki-laki yang entah kenapa selalu bikin jantung para staf ketar-ketir dengan satu pertanyaan kebanggaannya ini;

"Progresnya berapa persen?”

Review Progresnya Berapa Persen? Karya Soraya Nasution

Meski dengan pekerjaan yang bejibun, sering lembur, suka disuruh Pak Dewangga (Pakde) untuk mengerjakan pekerjaan yang sebenarnya bukan jatahnya, tapi April suka bekerja di kantor konsultan ini karena memiliki teman-teman yang seru. Suasana kantor yang asyik dan nggak ada tuh yang namanya sikut-sikutan atau saling menjatuhkan.

Ada Naufal si arsitek muda yang jenius namun narsisnya nggak ketulungan, Sheila yang cantik suka blushing tapi sayang sudah punya pacar yang tajir, Clinton yang suka berantem dengan Naufal dan memiliki pacar cantik banget tapi nggak pernah sekali pun diajak ketemu teman-temannya, sampai mereka mengira kalau pacar Clinton adalah fiktif. Adrinta, si husband material banget, bijak, baik hati, tapi sayang sudah punya anak istri. Dan Kenzo si anak baru yang masih banyak belajar dan perlu bimbingan dari para seniornya.

Mereka semua menamai diri dengan Hebringers Kantor. Mereka itu rame banget! Saling membully, dan tentu saja juga menggosipkan atasan yaitu Pak Dewangga yang sering mereka panggil Pakde si Manajer Teknik.

Sepanjang buku aku ketawa terus dengan tingkah mereka yang lucu dan realistis banget ala anak kantoran, haha
“Progres pekerjaan di proyek berbanding lurus dengan progres pekerjaan kamu di kantor. Kalau ditanya progresnya kamu nggak tahu, berarti kamu nggak kerja. Kalau progresnya nggak sesuai, berarti ada volume yang kamu salah masukkan atau lupa atau belum kamu masukkan. Kinerja semua orang kantor harus diukur dengan progress. Mengerti?” - Dewangga

Pakde sering sekali bertanya tentang progress pekerjaan pada semua staffnya, dan ketika dialog di atas muncul aku beneran jadi keinget bosku di kantor dulu. Soalnya juga suka nanya progressnya sudah sampai mana? Berapa Persen? Apalagi setiap hari senin pasti meeting untuk membahas progress project yang sedang berjalan. Makanya aku ngerasa relate pas baca kisah April. Wkwkwkw

Setelah baca novel ini aku juga jadi tahu banyak istilah konsultan konstruksi yang sebelumnya aku nggak tahu. Meski aku termasuk orang awam, tapi pas baca masih bisa dimengerti kok.

"Kamu itu sekali-kali coba belajar untuk nggak perlu mikirin apa yang orang lain pikir tentang kamu. Karena mereka belum tentu berpikir kayak apa yang kamu pikirin. Nambah-nambah beban pikiran kamu aja." - Dewangga

Selain kehebohan Hebringers Kantor yang bikin betah baca, kisah percintaan April - Pakde juga nggak kalah bikin baper. Apalagi jarak usia Pakde dan April yang 10 tahun menjadi hal menarik yang bikin gemes!

Dan yang bikin aku suka si Pakde tuh nggak too much. Karakternya konsisten, kalem, dan sebagai orang yang memang lebih dewasa dia nggak dominan. Jadi rasanya lebih realistis, walau menjelang akhir bikin gregetan karena lama banget merespon usaha April. Nggak mau nerusin ya, takut spoiler, haha

Pokoknya kalau kamu suka baca Resign, Secangkir Kopi dan Pencakar Langit, atau genre metropop, chicklit, kayaknya bakal suka juga baca buku ini. Asli seru banget!

Baca juga: [Book Review] Mantan Rasa Gebetan Karya Titi Sanaria

Detail Buku

Judul Buku: Progresnya Berapa Persen?
Penulis: Soraya Nasution
Penyunting: Dion Rahman
Desain Sampul: @garisinau
Penerbit: PT Elek Media Komputindo

18 komentar untuk "[Book Review] Progresnya Berapa Persen? Karya Soraya Nasution"

Comment Author Avatar
Udah lama ga baca buku fiksi gini, eh sebentar lagi buku fiksi ku yang PO karya tere liye mau dateng deng. Jadi pengen review juga nihh. Semangat membaca Mbak Ning
Comment Author Avatar
Aakkk kliatan baguuuss bgt nih
Enteng bacanya, tapi ttp asyik ya kan.
Kapan2 mau baca juga ahhh
Comment Author Avatar
Baguuss bgt ini.
Bs Mnenjadi friendly reminder utk kita semua.
Mau bgt baca euy
Comment Author Avatar
Saya lagi reading slump, nih. Rasanya malas baca buku. Sepertinya novel ringan ini bisa dicoba baca ya siapa tahu cocok dan bikin semangat baca lagi. Nanti coba cari di iPusnas. Terima kasih rekomendasinya, Mbak Ning.
Comment Author Avatar
Sepertinya seru bukunya, dan membuat saya ingat kalau sudah lama sekali ngak baca buku secara langsung, sekarang kebanyakan baca buku versi digital soalnya keberadaan toko buku sudah mulai berkurang dan hanya ada di mal-mal. Terima kasih mbak atas referensi bukunya, next mau berkunjung ke toko buku offline ah...
Comment Author Avatar
Aku suka genre seperti ini, ringan dan menghibur, apalagi ada insight baru soal konstruksi misalnya seperti dikisahkan di buku Progresnya Berapa Persen ini...wah beneran menyenangkan dibacanya
Comment Author Avatar
Wah, nampak seru nih. Terbitan Gramedia ya Mba? Bisa beli onlinekah?
Comment Author Avatar
Kalau lagi malas membaca dan malas menulis memang butuh kegiatan ya. Membaca novel ringan bisa mengembalikan mood dan menambah pengetahuan baru.
Comment Author Avatar
Wah judul bukunya nyeremin ya. Hehe ketahuan ya, kalau kerjanya masih gitu-gitu aja. Kalau ditanya progres celingukan. Btw ini buku bikin penasaran aja, kayaknya memang perlu denger banyak petuahnya Pakde Dewangga ini.
Comment Author Avatar
Langsung mau cari bukunyaaaa πŸ˜πŸ˜πŸ˜πŸ˜„. Aku kadang kangen sih mba Ama suasana kantor, Ama target2, tapi cuma sebatas kangen. Udh ga kepengen juga disuruh kerja kantoran lagi 🀣. Stress nya ga sebanding😁

Menarik nih bukunya. Aku termasuk sebel kalo tiap saat ditanya progress Ama bos, padahal belum due date. tunggu aja Napa sih, ga sabaran amat πŸ˜‚
Comment Author Avatar
aku sudah baca buku ini, mbak di gramdig. memang seru nih ini novelnya apalagi juga latarnya teknik sipil jadi berasa nostalgia sama pekerjaanku dulu. meski ya endingnya sudah terbaca tapi tetap seru sih ini dibaca
Comment Author Avatar
OMG, aku suka sih baca novel genre beginian, sekarang berasa lebih dewasa aja alurnya dibanding nover-novel teenlit atau mngkin memang sudah umurnya kali ya hahah
Comment Author Avatar
Kalau baca judulnya jadi terngiang-ngiang WA dari dosen pembimbing yanh dulu selalu rajin menanyakan progress skripsi wkwk. Sepertinya bacannya ringan ya ada di ipusnas juga
Comment Author Avatar
Jadi kangen baca cerita2 kek gini loh aku hahaha terakhir baca fairish itu wkwkw asli gemess bangett jadi penasaran pengen baca ini juga
Comment Author Avatar
baca genre metropop kayak gini emang menyegarkan yaa.. aku suka.. pas baca resign juga ketawa-tawa terus... jadi pengen baca yg ini juga 😍
Comment Author Avatar
Seru baca buku seperti ini, menghibur banget dan bisa membangkitkan mood baca kalau lagi mager
Comment Author Avatar
Buku fiksi yang beda banget genrenya dengan biasa saya baca. Tapi kelihatannya seru nih mengingatkan masa kerja kantoran yang dikejar deadline dan progress
Comment Author Avatar
Di saat dahaga dengan buku-buku non-fiksi, terus bertemu dengan Progresnya Berapa Persen?, jadi serasa terjawab semua masalah yang sedang dihadapi ya.. Manusia selalu dituntut untuk struggling dengan pilihannya dan menemukan kebahagiaan dengan pilihan tersebut.